![]()
<p><strong>GUNUNGKIDUL (KRjogja.com)</strong> - Angka kematian bayi dan ibu melahirkan dalam dua tahun rakhir mengalami penurunan dari sebelumnya. Indikator penurunan angka kematian tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam membentuk ribuan kader kesehatan di 144 desa.</p>
<p>Dinas Kesehatan Gunungkidul mencatat angka kematian ibu di kabupaten ini pada 2013 sebanyak 8 orang, 2014 sebanyak 7 orang dan 2015 hingga bulan April baru tercatat sebanyak 2 orang. “Angka kematian bayi, tahun 2013 mencapai 109, 2014 sebanyak 28 bayi,” kata Kasi Bina Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Gunungkidul, Kartini di Wonosari, Senin (27/04/2015).</p>
<p>Saat ini jumlah kader kesehatan dan bidan desa telah ada 5.825 kader kesehatan tersebar di 1.165 posyandu. Mereka memiliki peran besar dalam upaya menurunkan angka kematian. Pasalnya para kader kesehatan tersebut setiap hari bertugas ditengah masyarakat dan mengabdi di seluruh posyandu dan desa siaga.</p>
<p>Kader juga telah dibekali dengan pelatihan mengenai faktor risiko kehamilan, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nivas dan faktor risiko kehamilan. Sementara untuk kasus kematian bayi, sebagian besar disebabkan oleh kelahiran prematur dan asfiksia atau sesak nafas.</p>
<p>Kehamilan pada usia ibu kurang dari 20 tahun sangat rentan dan berisiko melahirkan bayi prematur. Untuk menekan angka kematian ibu dan bayi juga dilakukan dengan memaksimalkan peran puskesmas.</p>
<p>“Kita maksimalkan buku KIA dan diharapkan seluruh ibu hamil hingga melahirkan bisa teridentifikasi dengan data,”imbuhnya.</p>
<p>Terpisah seorang bidan pembina desa, Shinta Ardian menyatakan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, pihaknya melakukan pendataan ibu hamil yang ada di desa. Seluruh ibu hamil diberi pemahaman untuk taat aturan termuat dalam buku KIA. <strong>(Ded)</strong></p>