<p><strong>WONOSARI (KRjogja.com)</strong> - Dua hari setelah dioperasi Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi DIY yang mengamankan langsung 4 kuintal mie basah mengandung formalin, kelangkaan mie terjadi di sejumlah pasar di Gunungkidul ,Sabtu (20/04/2103). Meskipun ada beberapa penjual yang memasarkannya, namun tetapi tidak laku lantaran konsumen masih trauma dengan hasil operasi BPOM.</p>
<p>Ny Yuliana (59) salah satu pedagang mie basah di Wonosari yang terkena operasi menuturkan, dirinya tidak mengetahui jika dagangan mie yang dipasok dari luar Gunungkidul tersebut ternyata mengandung zat berbahaya atau diindikasikan mengandung formalin. Dampak terjadinya razia itu dia mengaku rugi karena mie basah seberat 2,5 kuintal juga milik temannya seberat 1,5 kuintal diamankan Balai POM.</p>
<p>Informasi yang dikumpulkan di Wonosari tim Gab Balai POM DIY melakukan operasi di sejumlah pasar. Selain dengan sasaran operasi penjual mie basah juga melakukan operasi terhadap beberapa makanan. Khusus menyangkut mie basah tersebut bukan merupakan produksi dari kabupaten Gunungkidul, tetapi dipasok dari Magelang dan Yogyakarta yang diangkut dengan mobil pick up.</p>
<p>Omzet penjualan mie basah ini diperkirakan cukup banyak tidak hanya di pasar Argosari dan Playen, tetapi juga di sejumlah kecamatan terutama pasar tradisional. Ketua Komisi B DPRD Gunungkidul meminta pemerintah kabupaten terutama Dinas Kesehatan dan Disperindagkoptam bisa menyikapi hasil temuan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pedagang.</p>
<p>Pihaknya berharap agar peredaran makanan mengandung zat berbahaya tidak dikonsumsi masyarakat. “ Selain itu perlu dilakukan penyuluhan terhadap para penjual makanan agar tetap memiliki komitmen menjaga kesehatan dan tidak menggunakan zat berbahaya dalam bentuk formalin maupun plastik,” katanya. <strong>(Bmp)</strong></p>
<p><strong>WONOSARI (KRjogja.com)</strong> - Dua hari setelah dioperasi Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi DIY yang mengamankan langsung 4 kuintal mie basah mengandung formalin, kelangkaan mie terjadi di sejumlah pasar di Gunungkidul ,Sabtu (20/04/2103). Meskipun ada beberapa penjual yang memasarkannya, namun tetapi tidak laku lantaran konsumen masih trauma dengan hasil operasi BPOM.</p>
<p>Ny Yuliana (59) salah satu pedagang mie basah di Wonosari yang terkena operasi menuturkan, dirinya tidak mengetahui jika dagangan mie yang dipasok dari luar Gunungkidul tersebut ternyata mengandung zat berbahaya atau diindikasikan mengandung formalin. Dampak terjadinya razia itu dia mengaku rugi karena mie basah seberat 2,5 kuintal juga milik temannya seberat 1,5 kuintal diamankan Balai POM.</p>
<p>Informasi yang dikumpulkan di Wonosari tim Gab Balai POM DIY melakukan operasi di sejumlah pasar. Selain dengan sasaran operasi penjual mie basah juga melakukan operasi terhadap beberapa makanan. Khusus menyangkut mie basah tersebut bukan merupakan produksi dari kabupaten Gunungkidul, tetapi dipasok dari Magelang dan Yogyakarta yang diangkut dengan mobil pick up.</p>
<p>Omzet penjualan mie basah ini diperkirakan cukup banyak tidak hanya di pasar Argosari dan Playen, tetapi juga di sejumlah kecamatan terutama pasar tradisional. Ketua Komisi B DPRD Gunungkidul meminta pemerintah kabupaten terutama Dinas Kesehatan dan Disperindagkoptam bisa menyikapi hasil temuan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pedagang.</p>
<p>Pihaknya berharap agar peredaran makanan mengandung zat berbahaya tidak dikonsumsi masyarakat. “ Selain itu perlu dilakukan penyuluhan terhadap para penjual makanan agar tetap memiliki komitmen menjaga kesehatan dan tidak menggunakan zat berbahaya dalam bentuk formalin maupun plastik,” katanya. <strong>(Bmp)</strong></p>