![]()
<p><strong>KEBERADAAN</strong> jamu tradisional sampai sekarang ini jarang dijumpai di desa atau dusun. Bahkan di wilayah perkotaan. Untuk menjaga kelestarian jamu tradisional, Siti Musiyah warga Jetis Wetan, Pacarejo, Kecamatan Semanu mengembangkan usaha jamu Seger Sehat. Tidak hanya diproduksi sendiri, pembuatan jamu tradisional tersebut memiliki anggota kelompok 30 ibu-ibu rumah tangga di Jetis Wetan.</p>
<p>“Awalnya usaha jamu tradisional dirintis sendiri, namun pesanan yang begitu banyak akhirnya melibatkan puluhan ibu-ibu rumah tangga di Jetis Wetan,” kata pemilik usaha Jamu Tradisional Seger Waras, Jumat (12/02/2016).</p>
<p>Produksi jamu di Jetis Wetan ini sudah lebih modern. Karena dikemas dalam bentuk plastik siap saji. Harganyapun cukup relatif murah, hanya Rp 8.000 per pak berisi delapan bungkus. Kelompok Jamu Seger Sehat mampu mengasilkan jamu jenis Kunyit Instan, Temulawak Instan dan Kencur Instan.</p>
<p>“Bahan baku masih cukup mudah diperoleh. Ibu-ibu rumah tangga kini sudah mulai menanam bibit untuk membuat jamu. Pembuatan jamu tradisional dilakukan skala besar ketika ada permintaan yang masuk dalam jumlah banyak,”imbuhnya.</p>
<p>Terkait pemasaran, selain di Gunungkidul dan DIY, sudah merambah di berbagai kota besar diantaranya ke Jakarta, Bandung dan Jawa Barat. Menurut Siti, keberadaan kelompok Jamu Seger Sehat selain mampu memberdayakan ibu-ibu, juga mendatangkan penghasilan.</p>
<p>Perolehan uang penjualan jamu juga dikelola melalui kas ibu-ibu rumah tangga di Jetis Wetan. “Memang pemasaran sudah sampai di Jakarta dan wilayah Jawa Barat. Jamu dijual dalam bentuk kemasan plastik siap saji,” ujarnya.</p>
<p>Siti menuturkan, proses pembuatan jamu relatif cukup mudah. Setelah bahan baku diparut diambil sarinya. Kemudian dicampur dengan gula pasir serta direbus dalam waktu kurang lebih satu jam. Bahan-bahan tersebut selanjutnya mendidih dan membentuk kristal hingga bisa diaduk. Hingga akhirnya dikemas dengan plastik dan siap untuk dipasarkan. <strong>(Dedy EW)</strong></p>