![]()
<p><strong>GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - </strong> Sejak adanya kewajiban PNS termasuk perangkat desa mengenakan pakaian kejawen, salah satu yang diuntungkan adalah pembuat blangkon Sastro Warsito. Prajin sekaligus pelestari budaya ini kebanjiran pesanan pembuatan blangkon, tidak saja dari wilayah Gunungkidul, tetapi hingga luar DIY sampai Jakarta dan Bali.<br />
<br />
Sastro Warsito yang nama panggilannnya Sastro Blangkon ini dalam dua bulan terakhir tidak kurang mengerjakan lebih dari 300 pesanan blangkon berbagai corak dan budaya. Karena banyaknya pesanan, sastro yang dibantu isterinya Surami dan tertangganya Ngatini , terpaksa harus lembur hingga larut malam. <br />
<br />
"Jika pada hari-hari biasa hanya bisa mengerjakan 4 – 5 blangkon, tetapi akhir-akhir ini bisa mencapai 8 blangkon,” katanya kepada KRjogja.com di rumahnya Dusun Clorot, Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Jumat (24/04/2015).<br />
<br />
Menurut Sastro dalam mengerjakan blangkon, para pemesan bisa membawa kain sendiri atau langsung memesan kepada Mbah Sastro. Bagi yang membawa kain sendiri cukup memberikan upah jahit Rp 50.000 tetapi bagi yang memesan berikut kainnya harganya bervariasi tergantung jenis kain dan coraknya, mulai dari harga Rp 125 ribu sampai Rp 200.000 setiap blangkon. Sedangkan corak kain yang disiapkan oleh perajin diantaranya motif modang tulis dan prisma, polos, celeng kewengan, wulung dan corak lainnya."<br />
<br />
Sastro Warsito mengaku menggeluti kerajinan blangkon sejak 1970 atau sudah 45 tahun tanpa berhenti. Pelanggan yang pernah dilayani mulai dari Wonogiri, Ambarawa, Magelang, Surabaya, Jakarta hingga Sumatra dna Bali, sesuai dengan keinginan pemesan.<strong> (Awa)</strong></p>