![]()
<p><strong>WONOSARI (KRjogja.com) </strong>- Disaat lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berkembang pesat di Gunungkidul, namun justru para pendidiknya menderita. Ratusan pendidik PAUD saat ini belum mendapatkan honor atau insentif.<br />
<br />
Apalagi pendidik PAUD dituntut untuk memiliki kompetensi sarjana pendidikan yang sesuai, maka hampir seluruh pendidik PAUD di Gunungkidul terpaksa harus menempuh pendidikan S-1 baik lewat Universitas Terbuka (UT) maupun di perguruan tinggi lainnya. Mereka harus merogoh koceknya sendiri untuk membayar kuliah yang rata-rata Rp 2,5 juta setiap semester.<br />
<br />
Seperti diakui Ela Kurnianingsih dan Fitri Dewiningnsih keduanya pendidik PAUD dan Kelompok Bermain Harapan Jaya Desa Mulo, Kecamatan Wonosari. Kedua guru ini mengaku hanya mendapatkan insentif dari APBD sebesar Rp 100 ribu setiap bulan. Padahal dalam satu minggu harus masuk mendampingi anak-anak selama 5 hari.<br />
<br />
Kepala Bidang PAUD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul Drs Supriyadi MPd yang dikonfirmasi KRjogja.com Kamis (180/20149), mengatakan bahwa jumlah pendidik PUD non formal ada 2.200 orang dari sekitar 630 lembaga PAUD yang terdaftar. Dari jumlah pendidik tersebut yang mendapatkan insentif dari APBD Gunungkidul baru sekitar 630 orang atau baru sekitar 30 persennya. Sementara yang mendapatkan insentif dari APBN yang besarnya Rp 750 ribu/tahun hanya ada 420 orang, sehingga ada sekitar 1.100 pendidik PAUD yang sama sekali tidak mendapatkan honor sepeserpun. “Mereka benar-benar berjuang, tanpa ada imbalan sepeserpun,” katanya.<strong> (Awa)</strong><br />
</p>