<p><strong>WONOSARI (KRjogja.com)</strong> - Dinas Peternakan Kabupaten Gunungkidul melakukan pemantauan dan pendataan terhadap kesehatan unggas di 18 kecamatan dan dimulai sejak Selasa (09/04/2013). Pendataan dan pemantauan tersebut melibatkan seluruh petugas lapangan di masing-masing Unit Pelayanan Terpadu (UPT) se-Gunungkidul.</p>
<p>Langkah tersebut juga sebagai upoaya guna mengantisipasi penyebaran virus flu burung jenis baru dari Cina yang dikenal dengan jenis H7N9. Meskipun belum ada petunjuk dari pemerintah pusat tetapi sosialisasi dan antisipasi terhadap kemungkinan tersebarnya virus tersebut tetap dilakukan.</p>
<p>“Diantaranya dengan melakukan deteksi penyakit yang disebabkan dari burung merpati. Dengan kata lain kewaspadaan tetap dilakukan dan berharap virus mematikan itu berhasil dicegah di Gunungkidul. Sampai triwulan 2013 ini memang belum ada laporan dari semua UPT terkait penyebaran virus H7N9,” ujar Kepala Dinas Peternakan Gunungkidul, drh Krisna Berlian di Wonosari.</p>
<p>Dalam program antisipasi ini dia juga meminta Tim Participatory Disease Surveillance and Response (PDSR) untuk mendiagnosa setiap ada unggas atau burung yang mati untuk disampaikan kepada District Surveilance Officers ( DSO) agar penanganan bisa dilakukan secara cepat. Sedangkan dalam upaya mencegah terjadinya kematian akibat penyakit Flu Burung pihaknya juga menjalin kerjasana dengan Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat.</p>
<p>Puskesmas memang perlu disiagakan dengan menempatkan obat anti Oseltamivir guna pengobatan dini terhadap suspek Flu Burung. “Jangka pendek kita sudah mengambil tindakan penyemprotan disinpektan dan sosialisasi kepada masyarakat akan kewaspadaan terhadap unggas peliharaan di masing-masing keluarga,” katanya. <strong>(Bmp)</strong></p>
<p><strong>WONOSARI (KRjogja.com)</strong> - Dinas Peternakan Kabupaten Gunungkidul melakukan pemantauan dan pendataan terhadap kesehatan unggas di 18 kecamatan dan dimulai sejak Selasa (09/04/2013). Pendataan dan pemantauan tersebut melibatkan seluruh petugas lapangan di masing-masing Unit Pelayanan Terpadu (UPT) se-Gunungkidul.</p>
<p>Langkah tersebut juga sebagai upoaya guna mengantisipasi penyebaran virus flu burung jenis baru dari Cina yang dikenal dengan jenis H7N9. Meskipun belum ada petunjuk dari pemerintah pusat tetapi sosialisasi dan antisipasi terhadap kemungkinan tersebarnya virus tersebut tetap dilakukan.</p>
<p>“Diantaranya dengan melakukan deteksi penyakit yang disebabkan dari burung merpati. Dengan kata lain kewaspadaan tetap dilakukan dan berharap virus mematikan itu berhasil dicegah di Gunungkidul. Sampai triwulan 2013 ini memang belum ada laporan dari semua UPT terkait penyebaran virus H7N9,” ujar Kepala Dinas Peternakan Gunungkidul, drh Krisna Berlian di Wonosari.</p>
<p>Dalam program antisipasi ini dia juga meminta Tim Participatory Disease Surveillance and Response (PDSR) untuk mendiagnosa setiap ada unggas atau burung yang mati untuk disampaikan kepada District Surveilance Officers ( DSO) agar penanganan bisa dilakukan secara cepat. Sedangkan dalam upaya mencegah terjadinya kematian akibat penyakit Flu Burung pihaknya juga menjalin kerjasana dengan Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat.</p>
<p>Puskesmas memang perlu disiagakan dengan menempatkan obat anti Oseltamivir guna pengobatan dini terhadap suspek Flu Burung. “Jangka pendek kita sudah mengambil tindakan penyemprotan disinpektan dan sosialisasi kepada masyarakat akan kewaspadaan terhadap unggas peliharaan di masing-masing keluarga,” katanya. <strong>(Bmp)</strong></p>