<p><strong>GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) </strong>- Warga Dusun Natah Kulon menemukan sumber air dari hasil pengeboran air tanah sedalam 45 meter. Air tersebut jernih dan mampu mengeluarkan air dengan debit yang cukup banyak. Kini warga memanfaatkan 'air tiban' tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.</p>
<p>Kepala Desa Natah, Wahyudi mengatakan, semula warga Natah Kulon setiap musim kemarau mengandalkan air sungai untuk memenuhi kebutuhannya. Air sungai tersebut keruh sehingga kurang sehat bagi masyarakat sekitar.</p>
<p>Warga kemudian mengundang ahli sumur untuk melakukan pengeboran guna mencari sumber air yang lebih besar. Pengeboran pun dilakukan dan ketika kedalaman baru 45 meter, air sudah menyembur ke atas permukaan.</p>
<p>Melihat air menyembur dengan tekanan cukup tinggi, pengeboran pun akhirnya dihentikan. Warga langsung memasang pipa kemudian disalurkan rumah-rumah penduduk. “Air mengalir dengan sendirinya sampai ke rumah penduduk,” ujar Wahyudi di lokasi bekas pengeboran, Selasa (04/02/2014).</p>
<p>Air tersebut bersih dan bisa diamanfaatkan warga untuk kepentingan konsumsi rumah tangga sehari-hari. Pemerintah Desa Natah mengajukan proposal ke Dinas Kimpraswil dan Perumahan DIY untuk pembangunan bak air beserta pipa distribusi. “Bak air rencana dibangun di atas tanah yang lebih tinggi sebanyak dua unit, kemudian baru didistribuskan kepada warga secara grafitasi,” tegasnya. <strong>(Awa)</strong></p>
<p><strong>GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) </strong>- Warga Dusun Natah Kulon menemukan sumber air dari hasil pengeboran air tanah sedalam 45 meter. Air tersebut jernih dan mampu mengeluarkan air dengan debit yang cukup banyak. Kini warga memanfaatkan 'air tiban' tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.</p>
<p>Kepala Desa Natah, Wahyudi mengatakan, semula warga Natah Kulon setiap musim kemarau mengandalkan air sungai untuk memenuhi kebutuhannya. Air sungai tersebut keruh sehingga kurang sehat bagi masyarakat sekitar.</p>
<p>Warga kemudian mengundang ahli sumur untuk melakukan pengeboran guna mencari sumber air yang lebih besar. Pengeboran pun dilakukan dan ketika kedalaman baru 45 meter, air sudah menyembur ke atas permukaan.</p>
<p>Melihat air menyembur dengan tekanan cukup tinggi, pengeboran pun akhirnya dihentikan. Warga langsung memasang pipa kemudian disalurkan rumah-rumah penduduk. “Air mengalir dengan sendirinya sampai ke rumah penduduk,” ujar Wahyudi di lokasi bekas pengeboran, Selasa (04/02/2014).</p>
<p>Air tersebut bersih dan bisa diamanfaatkan warga untuk kepentingan konsumsi rumah tangga sehari-hari. Pemerintah Desa Natah mengajukan proposal ke Dinas Kimpraswil dan Perumahan DIY untuk pembangunan bak air beserta pipa distribusi. “Bak air rencana dibangun di atas tanah yang lebih tinggi sebanyak dua unit, kemudian baru didistribuskan kepada warga secara grafitasi,” tegasnya. <strong>(Awa)</strong></p>