![]()
<p><strong>MASYARAKAT</strong> Yogyakarta khususnya di Kabupaten Gunungkidul belum semua pernah mendengar nama kesenian Tari Reog Mekar Budoyo. Tarian tradisionalini sudah sangat jarang diperkenalkan di kalangan masyarakat. Namun, sesepuh Dusun Seropan Bejiharjo Karangmojo Gunungkidul Suharto kembali mempopulerkan dan mengajarkannya kepada kaum muda di dusun tersebut.<br />
<br />
"Tarian ini sudah lama sekali tidak dipopulerkan di kalangan masyarakat. Tidak ada yang melarang setiap orang untuk belajar tarian dalam bentuk apapun. Namun jangan sampai melupakan tarian yang berasal dari daerah sendiri. Siapa lagi yang akan melestarikan budaya Indonesia selain masyarakatnya sendiri. Saya mengajak kalangan muda setempat untuk melestarikan tarian ini,"ujarnya kepada KRjogja.com, Jumat (20/12/2012).<br />
<br />
Suhartono mengatakan Tari Reog Mekar Budoyo dibuat pada tahun 55 dan berasal dari sejarah Mataram dengan lakon Aryo Penangsang dan Danang Suto Wijoyo. Untuk pertunjukan tari ini, membutuhkan 24 orang. Sedangkan atribut yang dibutuhkan berupa pedang, beles, pentul, udeng gilik ( Lakon pandai perang), kuda kepang (Kuda Pancal yang digunakan lakon) dan caping. <br />
<br />
Menurut Suhartono tarian ini biasanya ditampilkan setiap HUT Kemerdekaan Ri dan bersih desa. Namun, tetap tampil saat menyambut Bupati Gunungkidul Hj Badingah SSos dalam acaa bakti sosial Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) DIY di Dusun Seropan Bejiharjo Karangmojo beberapa waktu lalu.<br />
<br />
"Saat ini peminat reog klasik mulai banyak. Setiap pekan berlatih dua kali dan berusaha melestarikan tarian reog klasik ini, meskipun gerakan tarinya relatif monoton." <strong>(*-6)</strong></p>