![]()
<p><strong>WONOSARI (KRjogja.com) -</strong> Perajin Blangkon di Gunungkidul dapat dikatakan langka, pengrajin yang pernah ada, karena usia mereka meninggalkan bumi Gunungkidul, seperti diceritakan Sutomo (43) warga Bintaos kecamatan Tepus, melestarikan Blangkon kerjasama dengan Joni Gunawan Krenen Desa Ngunut kecamatan Playen Gunungkidul.<br />
<br />
Sutomo awalnya sebagai pemain Ketoprak, banyak diminta teman mainnya mengenakan Blangkon/Iket lembaran, kemudian rajin melihat mbah Arjo pengrajin Blangkon di desanya, dan mencoba membuat Blangkon secara diam-diam, Alhamdulillah jadi dan digemari oleh teman pemain Ketoprak, kemudian meluas Dalang dan Niogo banyak yang memakai hasil Blangkonnya.<br />
<br />
Joni Gunawan yang seniman Ketoprak,pimpinan Campursari di Playen kemudian kerjasama mengembangkan Blangkon buatan Gunungkidul, selain memenuhi kebutuhan karyawan di Propinsi DIY juga banyak digemari warga Gunungkidul di Jakarta. Blangkon karya Sutomo disebut Blangkon kosong, Blangkon Yogya umumnya pakai isi (kertas),Blangkon kosongan ini dipakai lebih enak tidak terlalu berat. Harganya juga terjangkau, Blangkon dengan kain sablon hanya Rp 200 ribu, dengan kain batik asli Rp 500 ribu.<br />
<br />
Menurut Sutomo, banyak Dalang yang memesan Blangon ke dirinya, setiap akan pentas. Dalang biasanya mengenakan Blangkon Pakem, tetapi Dalang yang nyentrik mengenakan Blangkon Seni, ada yang pakai Blangkon Kasatrian dan Senopaten. Sutomo sehari bisa menghasilkan 2 Blangkon, kalau lembur bisa 3 sampai 4 blangkon. <strong>(*-6)</strong></p>