![]()
<p><strong>GUNUNGKIDUL (KRjogja.com)</strong> - Para petani lahan kering di wilayah selatan Gunungkidul sudah mulai menanam benih padi pada lahan kering. Mereka tidak sabar menunggu turunnya hujan, meski harus menghadapi risiko benih akan lapuk karena terlalu lama kena terik matahari.</p>
<p>Di wilayah Kecamatan Tanjungsari, Tepus, Rongkop dan Girisubo sebagian petani sudah mulai menabur benih padi ketika musim kemarau. Tradisi ‘ngawu-awu’ atau tanam musim mendahului musim penghujan ini sudah menjadi kebiasaan petani Gunungkidul sejak puluhan tahun silam. Tradisi tersebut bertujuan untuk menghemat tenaga, dengan harapan ketika hujan turun benih segera tumbuh.</p>
<p>Ny Sumiarjo (58) petani di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari mengaku menabur benih dengan cara ngawu-awu karena menurut perhitungannya tidak lama lagi hujan akan turun, karena mendung sudha bergelantungan. “Jika menanam bersama-sama pada saat hujan turun, takut tidak mendapatkan tenaga kerja,” katanya ditemui disela aktivitasnya di sawah, Rabu (08/10/2014).</p>
<p>Para petani di daerah ini sudah memiliki ilmu ‘titen’ yakni berdasarkan perhitungan, 7 bulan setelah panen padi maka hujan segera turun, sehingga sudah waktunya untuk menanam benih. Selain itu para petani di wilayah ini sudah biasa menghadapi kegagalan tumbuh dari benih yang ditabur, sehingga sudah menyiapkan benih cadangan untuk sulam. <strong>(Awa)</strong></p>